SELAMAT DATANG DI BLOG XI IPA3 SMA NEGERI 7 PTK

Selasa, 20 November 2012

Dampak Tanah Yang Gundul


Planet Bumi merupakan salah satu bagian yang kecil dari alam raya, alam semesta, jagat raya, kosmologi atau universe. dan Indonesia merupakan bagian yang kecil dari Planet Bumi atau dunia.
Indonesia merupakan sekumpulan pulau (lebih dari 17.000) yang terhampar di antara Benua Asia dan Australia, dan di antara Samudera Pasifik dan Hindia. Begitu unik posisi Indonesia pada permukaan Planet Bumi, tepat berada di sekitar garis khatulistiwa, garis fiktif yang membagi sama belahan bumi dengan arah horijontal.
Indonesia berada pada posisi tengah-tengahnya Planet Bumi, ditambah keberadaan hutan tropisnya, maka Indonesia berperan sebagai “paru-paru-nya” Planet Bumi. Ya, Indonesia adalah gudang oksigennya Planet Bumi. 
Beragam vegetasi menyelimuti permukaan Indonesia. Vegetasi umumnya berdaun dan memiliki klorofil atau zat hijau daun. Kontribusi klorofil terhadap kelangsungan kehidupan di Planet Bumi cukup besar. Klorofil merupakan tempat pembentukan karbohidrat (sumber makanan) dan oksigen, dengan bahan baku air (yang diambil dari dalam tanah melalui akar) dan karbodioksida (yang diambil dari atmosfir), dengan menggunakan sumber energi matahari. Keseluruh rangkaian proses disebut fotosintesis.
Pada mulanya di Planet Bumi tidak ada kehidupan, hal berlangsung sekitar 1.000 juta tahun. Bumi hanya merupa bola pijar yang sangat panas, dengan suhu atmosfir yang sangat tinggi.  Usia Bumi diperkirakan  telah mencapai 3.000 juta tahun. Sedangkan kehidupan di Bumi diperkirakan mulai berlangsung 2.000 juta tahun yang lalu. Air memegang peranan yang sangat penting pada awal kemunculan kehidupan, karena di dasar samudera mulai terbentuk mahluk sederhana dalam bentuk molekul organik yang mengandung klorofil.
Melalui klorofil terjadilah proses fotosintesis yang pertama. Kemudian seiring dengan pertambahan waktu, munculah tumbuhan berklorofil yang paling sederhana. Secara perlahan namun pasti konsentrasi karbondioksida di atmosfer terus berkurang, karena dimanfaatkan klorofil. Di sisi lainnya konsentrasi oksigen pun terus meningkat. Sehingga kondisi saat ini konsentrasi karbondioksida tinggal 0,03 persen, sedangkan oksigen 21 persen. Bandingkan dengan kondisi pada saat di Bumi belum ada kehidupan, karbondioksida mencapai 98 persen, dan oksigen sangat rendah.
Dengan makin meningkatnya kadar oksigen di atmosfir, maka terbentuklah lapisan ozon. Lapisan ozon menyelimuti Bumi sehingga sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar ultra violet – UV)  bisa dipantulkan kembali ke luar angkasa. Sinar UV berpotensi mematikan beragam kehidupan di Bumi.
Dengan makin tebalnya lapisan ozon, maka keberadaan mahluk hidup pun berangsur-angsur berkembang, tidak hanya di dasar samudera, tetapi juga di seluruh kedalaman perairan, di permukaan laut, daratan sampai ke puncak pegunungan. Jenis mahluk hidup pun makin beragam, bermula dari yang ber-sel tunggal sampai yang ber-sel majemuk. Tidak hanya flora saja tetapi juga fauna, mulai menyebar ke seluruh pelosok permukaan Bumi.
Adanya aktivitas klorofil yang ada pada daun tumbuhan, menyebabkan permukaan Bumi menjadi kaya oksigen dan suhu Bumi menjadi rata-rata 13 derajat Celsius. Bayangkan, jika tidak ada tumbuhan maka oksigen menjadi sangat sedikit, dan suhu permukaan Bumi akan mencapai sekitar 290 derajat Celsius. Tidak ada mahluk hidup yang akan bertahan pada suhu setinggi itu, sebagaimana di Planet Venus yang memiliki suhu rata-rata 477 derajat Celsius.
Dari paparan tersebut, menjadi lebih dipahami betapa pentingnya peran tumbuh-timbuhan dalam keberlangsungan kehidupan di Bumi.
Ternyata tanah Indonesia merupakan tanah yang paling subur, terdapat beragan tumbuhan atau vegetasi, tersebar mulai dari dasar samudera, kedalaman lautan, permukaan laut, pesisir, muara, daratan rendah, dataran menengah, dataran tinggi dampai pegunungan.  Tumbuhan, vegetasi atau flora sebagai gudangnya klorofil lebih terkonsentrasi di ekosistem hutan.
Hutan merupakan tempat berhimpunnya beragam flora dan fauna. Hutan tropis memiliki keistimewaan tersendiri, antara lain terdapat cadangan plasma nuftah atau keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Sebenarnya luas daratan Indonesia hanya 1,3 persen dari luas daratan di permukaan bumi. Namun hutan Indonesia menyimpan  11 persen spesies tumbuhan yang terdapat di permukaan bumi. Di hutan Indonesia pun terdapat 10 persen spesies mamalia dan 16 persen spesies burung.
Namun ternyata hutan di Indonesia terus ditelanjangi. Jika pada tahun 1950, sekitar 84 persen atau sekitar 162 juta hektar  daratan Indonesia diselimuti hutan, kemudian tahun 1985 luas tutupan hutan tinggal sekitar 119 juta hektar (menyusut 27 persen disbanding tahun 1950). Kemudian pada tahun 1997, World Resource Institue (WRI) mengungkapkan, bahwa Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen.
Departemen Kehutanan Republik Indonesia telah membuat  Penetapan Kawasan Hutan, tahun  1950 mencapai 162,0 juta hektar;  1992 mencapai 118,7 juta hektar;  2003 sekitar 110,0 juta hektar; dan  2005 tersisa 93,9 juta. Tahun 2011 ini tentu lebih menyusut lagi.
Hutan asli atau hutan “perawan” di Indonesia memang keberadaannya makin langka. Eksploitasi dan penjarahan hutan terjadi setiap saat, baik secara formal maupun nonformal, legal maupun illegal, serentak terjadi di seluruh pulau.
Sebenarnya “menelanjangi” hutan adalah langkah bunuh diri. Tanpa disadarinya manusia telah membuat kehancuran secara permanen, tidak hanya untuk ekosistem Indonesia, tetapi untuk seluruh Bumi. Penyusutan luas hutan sama artinya dengan mengurangi jumlah vegetasi secara sistematis. Dengan demikian gudang-gudang klorofil yang memproduksi oksigen dan menyerap karbondoiksida itu mulai dilenyapkan.
Ancaman serius pul sulit terhindarkan, kelangkaan oksigen dan pemanasan global. Saat itu makin terasa, bahwa suhu di sekitar tempat tinggal kita, di mana pun, umumnya meningkat. Ya, lapisan ozon yang proses pembentukannya mencapai ribuan juta tahun, terus mengalami kebocoran. Tak lain akibat sikap dan perilaku milyaran manusia, yang masih boros dalam memanfaatkan sumberdaya alam, termasuk hutan dan energy fosil.
Oleh sebab itu, jangan biarkan hutan Indonesia makin “telanjang”, mari bersama-sama menyelamatkan keberadaan vegetasi, hutan dan Bumi kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar